Selasa, 02 April 2013

MATERI GEOMORFOLOGI



INI MERUPAKAN MATERI BUAT KALIAN YANG INGIN MEMPELAJARI TEMTANG GEOMORFOLOGI

Definisi Geomorfologi

Geomorfologi berasal dari  bahasa Yunani kuno  (geo= bumi, morfo =  bentuk, logos  = ilmu) yang berarti ilmu yang mempelajari bentuk bumi atau roman muka bumi, dalam  istilah asing sering disebut sebagai landscape. Mula-mula orang memakai istilah fisiografi untuk ilmu yang mempelajari roman muka  bumi.  Di Eropa, fisiografi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari rangkuman  tentang  iklim, meteorologi,   oseanografi  dan   geografi.   Akan tetapi  para  pakar  terutama  pakar-pakar  dari Amerika  tidak  sependapat  dengan  istilah  ini. Dalam bidang ilmu  yang  mempelajari  roman muka bumi dan erat hubungannya dengan ilmu geologi, mereka lebih cenderung memakai istilah Geomorfologi.
Pengetahuan tentang geomorfologi, sebagaimana juga ilmu-ilmu lainnya dimulai dengan muncu!nya pakar-pakar filsafat Yunani dan Itali. Sebegitu  jauh  Herodatus  (485-425  SM)  yang dianggap sebagai Bapak  Sejarah  dikenal pula mempunyai  pikiran  tentang  geologi,  termasuk perubahan muka air laut sebagai salah satu gejala yang is perhatikan di Mesir.
Kemudian  banyak  pula  pakar  filsafat  lainnya  yang  menyinggung  tentang  geomorfologi ini.   Dapat   disebutkan   di   sini   antara   lain   : Aristoteles, Strabo, dan Seneca yang kesemuanya pada akhirnya menerangkan gejala-gejala   alam   sebagai   suatu   kutukan   Tuhan atau  dikenal  dengan  teori  malapetaka.  Kemudian konsep ini sedikit demi sedikit mengalami perubahan.  Orang mulai mengenal filsafat Katastrofisma (Cuvier), yang menyatakan bahwa gejala-gejala  morfologi  terjadi   secara  mendadak.  Hal  ini  didukung  oleh  beberapa  kejadian geologi yang terbentuk secara cepat sekali seperti  letusan  gunung  api,  longsor,  aliran  lahar, dataran-dataran  menurut  pendapat  ini  terjadi juga secara demikian.
James  Hutton  (1726-1797)  dikenal  seba- gai Bapak Geologi Modern yang pendapatnya bertentangan  dengan  teori  Katastrofisma,  dimana  proses  pembentukan  morfologi  bekerja sepanjang  waktu  secara  perlahan  tetapi  mampu  membentuk  bentuk-bentuk  yang  sekarang. Bahkan banyak perubahan-perubahan yang terjadi pada masa lalu terjadi pada masa sekarang dan seterusnya.  Idea terutama tentang filsafat ini diterangkan ke dalam ungkapan masa  sekarang  adalah  kunci  membuka  tabir masa  lampau  (The  present  is  key  to  the past).
Pada  masa  sekarang  geomorfologi  bukan hanya  meliputi  hal-hal  yang  statis  saja,  tetapi juga merupakan ilmu yang dinamis yang dapat meramalkan kejadian alam  sebagai  hasil interpolasi. Selain itu bentuk roman muka bumi dapat   dinyatakan dengan besaran matematika seperti kita kenal dalam Geomorfologi Kwantitatif.
Beberapa definisi  tentang  geomorfologi  setelah abad ke 18
1.     Geomorfologi  adalah  ilmu  yang  mempelajari  bentuk-bentuk  muka  bumi  yang  terjadi karena kekuatan-kekuatan yang bekerja di atas dan di dalam bumi.
(Katili John, 1959)
2.      Geomorfologi merupakan ilmu yang mengkaji tentang bentuk lahan,  khususnya  mengenai   sifat,   asal   pembentukan,   proses- proses perkembangan, dan komposisi materialnya (Cook dan Doornkamp, 1978).
3.      Geomorfologi   adalah   ilmu   yang   mendeskripsikan   (Secara   Genetis)   bentuk lahan dan   proses-proses   yang mengakibatkan terbentuknya   bentuklahan   tersebut   serta mencari hubungan antara bentuklahan dengan proses-proses dalam susunan keruangan (Van Zuidam, 1979).
4.      Geomorfologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari bentuklahan (landform) yang berada di permukaan bumi baik yang berada di bawah  atau  di  atas  permukaan air laut dengan penekanan pada asal mula (genesa)    dan    perkembangan    di   masa mendatang kaitannya       dengan         konteks lingkungan dan material penyusunnya. (Verstappen,1983).
5.      Geomorfologi  adalah  ilmu  yang  mempelajari  bentuklahan  (landform)  yang  terbentuk baik di permukaan bumi maupun di bawah laut  dengan  penekanan  pada  asal  mula terbentuknya   dan   perkembangannya   dalam   konteks   kelingkungan.   (Verstappen,1983).
Obyek dan Lingkup Geomorfologi

Geomorfologi merupakan ilmu yang mengkaji tentang bentuklahan, khususnya rnengenai sifat,   asal   pembentukan,   proses-proses   perkembangan,   komposisi   materialnya   (Cook dan  Doomkamp,  1978).  Berdasarkan  pengertian  tersebut   dapat  diketahui,  bahwa  obyek utama  yang  diteliti  dalam  geomorfologi  adalah bentuklahan (landform).Bentuklahan   adalah   bagian   dari   permukaan  bumi  yang  mempunyai  karakteristik  bentuk yang khas. akibat pengaruh kuat dari proses dan struktur kulit bumi terhadap material batuan  dalam  periode  waktu  tertentu.  Berdasarkan  pengertian  di  atas   bentuklahan  yang terbentuk di permukaan bumi dipengaruhi oleh lima  faktor  yaitu;  relief  (bentuk  muka  bumi), proses, struktur kulit bumi, material batuan, dan kronologi (periode waktu pembentukan).
Secara  alami,  permukaan  bumi  ini  terbentuk oleh berbagai macam bentuklahan. Dengan atau  tanpa disadari,  semua mahkiuk  hidup  termasuk manusia melaksanakan hidup dan kehidupannya  pada  suatu  satuan  bentuklahan  tertentu  serta  memanfaatkan  bentuklahan  itu  sebagai habitatnya. Karena bentuklahan merupakan obyek kajian geomorfologi, maka dapat diketahui  bahwa  lingkup  penelitian  geomorfologi itu  sangat  luas,  yang  meliputi  seluruh  permukaan bumi baik daratan maupun yang dibawah permukaan laut (lantai samudra).
Konsep Dasar Geomorfologi

1.     Proses geomorfik yang bekerja pada masa geologi  juga  bekerja sekarang,  walaupun tidak selalu dengan  intensitas  yang  sama, sehingga  dikenal istilah;  The  present  is the key to the past.
2.     Struktur geologi merupakan faktor pengontrol yang dominan dalam evolusi bentuk lahan, dan struktur  geologi  dicerminkan oleh bentuk lahannya.
3.     Proses geomorfologi meninggalkan bekas tertentu pada bentuklahan, dan   setiap proses geomorfologi yang bekerja meninggalkan  karakteristik  tertentu  pada  bentuk lahannya.
4. Karena  perbedaan  tenaga  erosi  yang  bekerja pada permukaan bumi, maka dihasilkan  urutan  bentuklahan  yang  mempunyai karakterisiik  tertentu  pada  masing-masing tahap perkembangannya.
5. Evolusi   geomorfik   yang   kompleks   lebih umum dibanding dengan evolusi geomorfik yang sederhana.
6. Sebagian  kecil  bentuk lahan  di  permukaan bumi  lebih  tua  dari  Tersier  dan  sebagian besar Iebih muda dari Pleistosen.
7. Studi  bentanglahan  yang  ada  sekarang  tidak  akan  berhasil  baik  jika  tidak  memperhatikan  perubahan-perubahan  geologi  dan iklim pada Masa Pleistosen.
8. Apresiasi   iklim    dunia   diperlukan   untuk mengetahui   berbagai   variasi   pentingnya perbedaan proses geomorfologi.
9. Walaupun  geomorfologi  menekankan  bentukan  yang  ada  sekarang,  namun  untuk mengetahui secara mendalam perlu dipelajari  sejarah  pembentukan  bentuklahan  tersebut. (Thornbury, 1954).


Aspek dan pendekatan Geomorfologi

Ada empat aspek utama dalam geomorfologi. Keempat aspek geomorfologi tersebut menurut Zuidam, 1983 serta Demek dan Embleton, 1978) adalah.  morfologi,  morfogenesis, morfokronologi, dan        morfoasosiasi (morfo-arrangement).  Berikut ini dibahas keempat aspek masing-masing.
1.    Aspek morfologi meliputi

a .Aspek   morfografi,   yaitu   aspek   yang mendeskripsikan   tentang   kondisi   bentuk lahan  seperti misalnya;  daerah dataran, perbukitan, atau pegunungan.
b .Aspek   morfometri,   yaitu   aspek   yang menyatakan  ukuran  dan  deskripsi  dari parameter-parameter   bentuk lahan   seperti; morfometri lereng (kecuraman),  morfometri  DAS  (tekstur,  percabangan   sungai,   segment   sungai,   dan lainnya), morfometri longsor (indeks pelebaran,  indeks  penipisan,  indeks  perpindahan),  atau morfometri lembah yang dinyatakan dalam (lebar lembah, sinusitas,  jarak  antar  lembah  dan  lainnya).
2.     Aspek morfogenetik meliputi:

a. Aspek morfodinamik, mendeskripsikan tentang dinamika proses eksogenetik yang berkaitan dengan kerja air, angin, gletser, sinar matahari dan gravitasi. Misalnya; pelongsoran, banjir, pembentukan dune, bura (spit), rock fall dan lainnya).
b. Aspek morfostruktur, dibedakan menjadi morfostruktur aktif dan pasif. Morfostruktur aktif  mendeskripsikan  tentang  struktur   yang   terjadi   akibat   dari   dinamika proses  endogenetik,  yang  meliputi;  tektonisme dan vulkanisme.  Sebagai contoh terbentuknya gawir sesar (escarpment),   gunung   api,   antiklinal-sinklinal, dan lainnya. Morfostruktur pasif mendeskripsikan tentang litologi  (jenis batuan)  dan  struktur  kulit bumi yang berkaitan  dengan  proses  denudasional, sebagai   contoh;   proses pembentukan mesa, cuesta, kubah, hogback dan lainnya.
c. Morfokronologi mendeskripsikan tentang pertanggalan relatif atau  absolut  pada suatu  bentuklahan  dalam  hubungannya dengan proses pembentukannya.
d. Morfoasosiasi  mendeskripsikan  tentang pertautan antara bentuklahan yang satu dengan  bentuklahan  yang  lain  secara kontekstual  dalam  suatu  susunan  keruangan  dan  berkaitan  dengan  proses- proses geomorfik.
Berdasarken aspek-aspek geomorfologi tersebut, maka untuk memecahkan masalah geomorfologi harus dilakukan dengan menggunakan pendekatan-pendekatantertentu. Kings (1971) mengemukakan ada empat pendekatan dalam geomorfologi yaitu; pendekatan deskriptif,   pendekatan   areal, pendekatan dinamik, dan  pendekatan  kronologis  atau  pendekatan historis.

Gaya dan Proses Geomorfologi

Gaya penggerak proses geomorfologi dapat dibedakan  menjadi  dua  kelompok,  yaitu  gaya asal  dalam  (endogen)  dan  gaya  asal  luar  (eksogen).  Gaya  endogen  berasal  dari  pergerakan  lempeng  sedangkan  sumber  gaya  eksogen  adalah  energi  matahari.  Pergerakan lempeng tektonik menggerakkan proses distrofisme dan volkanisme. Posisi matahari secara relative terhadap permukaan  menyebabkan  perbedaan iklim. Perbedaan iklim inilah yang menggerakkan air, gelombang, es, dan organisme yang selanjutnya   menjadi   gaya   dan   penggerak   proses geornorfologi asal  luar.  Pergerakan  air  di  permukaan  bumi  menimbulkan  proses  fluvial,  gelombang menggerakkan proses marin, es mencair  menggerakkan  proses  glasial,  pertumbuhan  organisme  menggerakkan  proses  organik, temperatur dan iklim menggerakkan proses pelapukan dan pelarutan.
Selain dua gaya yang diuraikan di atas, ma- sih  terdapat  satu  gaya  yang  membentuk  permukaan  bumi,  yaitu  gaya  ekstra  terestrial (luar angkasa).  Gaya ekstra terestrial berasal  dari jatuhan benda-benda angkasa yang mengenai bumi   dan   dikenal   dengan   gejala/proses   impak/tumbukan.  Permukaan bumi yang terbentuk  oleh  gaya  ekstra  terestrial  sangatlah  minor dibandingkan dengan gaya eksogen dan endogen, namun  demikian  seiring  dengan  perkembangan  teknologi  luar  angkasa,  gaya  ekstra terestrial   semakin   mendapat   perhatian   lebih dibandingkan dengan era sebelumnya.

            



















 














































Klasifikasi Bentuk bentang alam (Budi Brahmantyo, dan Bandono
(
Jurnal Geoaplika Vol. 1 No. 2, 2006, hal. 71-78)
http://blog.fitb.itb.ac.id/BBrahmantyo/wp-content/uploads/2010/08/Slide6.jpg


http://blog.fitb.itb.ac.id/BBrahmantyo/wp-content/uploads/2010/08/Slide2.jpg



http://blog.fitb.itb.ac.id/BBrahmantyo/wp-content/uploads/2010/08/Slide3.jpg



http://blog.fitb.itb.ac.id/BBrahmantyo/wp-content/uploads/2010/08/Slide4.jpg

http://blog.fitb.itb.ac.id/BBrahmantyo/wp-content/uploads/2010/08/Slide8.jpg



http://blog.fitb.itb.ac.id/BBrahmantyo/wp-content/uploads/2010/08/Slide5.jpghttp://blog.fitb.itb.ac.id/BBrahmantyo/wp-content/uploads/2010/08/Slide7.jpg


Jenis jenis gerakan tanah (Mass Wasting)


Types of landslides.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar